Sabtu, 16 Februari 2013

GAGAL GINJAL




A.            PENGERTIAN

Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).

B.            PATOLOGIS
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
·       Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat disebabkan oleh:
o    hipovolemia (volume darah yang kurang),  misalnya karena perdarahan yang hebat.
o    Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-muntah, diare, berkeringat banyak dan demam.
o    Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.
o    Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan pengeluaran cairan berlebihan berupa urin.
o    Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada pembuluh darah ginjal.
·       Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
o    Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi sehingga menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
o    Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
o    Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan serat otot yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa terjadi karena trauma atau luka bakar yang hebat.
o    Multiple myeloma.
o    Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus sistemikWegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.
·       Penyebab postrenal, di mana aliran urin dari ginjal terganggu.
o    Sumbatan saluran kemih (ureter atau kandung kencing) menyebabkan aliran urin berbalik arah ke ginjal. Jika tekanan semakin tinggi maka dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan ginjal menjadi tidak berfungsi lagi.
o    Pembesaran prostat atau kanker prostat dapat menghambat uretra (bagian dari saluran kemih) dan menghambat pengosongan kandung kencing.
o    Tumor di perut yang menekan serta menyumbat ureter.
o    Batu ginjal.
Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain:
·         Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan nefropati diabetikum.
·         Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
·         Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis), misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
·         Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki kista multipel.
·         Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
·         Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis) menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal menjadi rusak (iskemia). 
·         Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan prostat.
·         Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan berbagai macam keganasan pada ginjal.

C.       CIRI-CIRI PASIEN
Gagal ginjal stadium awal sangat sulit dideteksi karena tidak menimbulkan keluhan atau ciri-ciri yang jelas. Di rumah sakit, kasus gagal ginjal biasanya terdeteksi dengan pemeriksaan ureum dan kreatinin darah. Gejala yang berhubungan dengan gagal ginjal biasanya tidak khas, misalnya anoreksia, mual, muntah dan perubahan status mental yang disebabkan oleh penumpukan zat-zat sisa metabolisme tubuh khususnya urea serta pembengkakan tungkai atau bagian tubuh lain karena penumpukan cairan. Beberapa pasien, terutama yang gagal ginjalnya disebabkan oleh kelainan prerenal, akan mengalami penurunan jumlah urin (jumlah urin normal minimal 0.5–1.0 mL/kgBB/jam).

Gejala gagal ginjal akut
Ciri gagal ginjal akut berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya: apakah prerenal, renal atau postrenal.
Gagal ginjal akut yang disebabkan oleh kondisi prerenal biasanya memberikan gejala rasa haus dan pusing saat perubahan posisi tubuh (ortostatik) karena penurunan tekanan darah, denyut nadi yang cepat (>100x/menit), bibir kering, dan produksi keringat berkurang.
Gagal ginjal akut karena penyakit pada ginjalnya sendiri dapat dicurigai jika sebelumnya terjadi kondisi yang menyebabkan aliran darah ke ginjal terganggu dan menyebabkan ginjal rusak. Jika kerusakan ginjal dicurigai karena bahan-bahan yang bersifat toksik terhadap ginjal, maka dapat ditelusuri riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya atau penyakit-penyakit yang dapat menghasilkan zat-zat berbahaya bagi ginjal. Nyeri pinggang juga dapat menyertai jika gagal ginjal disebabkan kelainan pembuluh darah ginjal atau peradangan pada ginjal.
Penyebab postrenal dapat memberikan gejala nyeri pinggang dan nyeri suprapubik (nyeri di daerah perut bawah) karena pembesaran kandung kencing dan saluran kencing. Nyeri yang bersifat hilang timbul dan menjalar sampai ke kantong zakar biasanya disebabkan oleh sumbatan akut pada saluran kencing. Jika dicurigai pembesaran prostat sebagai penyebab gagal ginjal akut, dapat dicari riwayat sering kencing malam hari, frekuensi kencing yang meningkat dan pada pemeriksaan ditemukan prostat yang membesar.

Gejala gagal ginjal kronik
Pada tahap awal gagal ginjal kronik, mungkin tidak ditemukan gejala klinis karena ginjal masih bisa beradaptasi dalam menjalankan fungsinya. Pada tahap lanjut, gagal ginjal kronis dapat menyebabkan anemia dengan gejala lemas, letih, lesu dan sesak napas. Terjadi penumpukan cairan tubuh yang lebih banyak lagi sehingga menyebabkan pembengkakan seluruh bagian tubuh. Beberapa pasien memberikan gajala yang disebabkan keadaan uremik (kadar urea dalam darah yang meningkat urea) yakni mual, muntah dan perubahan status mental (ensefalopati), disertai ketidakseimbangan elektrolit.

D.       PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi acuan untuk mengetahui adanya GGA.
Pemeriksaa urin (urinalisis) juga sangat penting untuk menentukan penyebab dan beratnya GGA. Jika penyebabnya adalah gangguan penyaringan maka dapat terlihat adanya protein dalam urin. Penumpukan dari zat-zat yang ada dalam ginjal juga dapat terlihat. Bila penyebabnya adalah sumbatan dapat terlihat peningkatan sel darah merah dan sel darah putih dalam urin.
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya sumbatan pada saluran kemih. Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis).

Read More ->>

Rabu, 06 Februari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA

I.             PENGERTIAN
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan.
 
II.          ETIOLOGI
Walaupun pada sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia. Faktor- faktor tersebut antara lain:
1.      Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Saudara kandung penderita leukemia mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita sindrom Down. Selain itu, didapat data bahwa penderita leukemia granulositik kronik dengan kromosom Philadelphia translokasi kromosom 21 biasanya meninggal setelah memasuki fase leukemia akut. Dari data-data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut.
2.      Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai resiko menderita leukemia 10 kali lebih besar. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita-penderita yang diobati dengan sinar radioaktif atau obat-obat alkilating akan menderita leukemia pada 6% pasien dan terjadinya sesudah 5 tahun.
3.      Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Sampai sekarang tidak/belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah virus. Walaupun demikian ada beberapa hasil penelitian yang menyokong teori virus sebagai penyebab leukemia antara lain: enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia.
 
III.       KLASIFIKASI
Leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan leukemia kronik. Pembagian ini tidak menggambarkan lamanya harapan hidup tetapi menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah sebagai berikut:
1.      Leukemia myeloid
  1. Leukemia granulositik/myeloid/mielositik/mielogenous kronik
  2. Leukemia mieloblastik/granulositik/myeloid/mielositik akut
2.      Leukemia limfoid
  1. Leukemia limfositik kronik
  2. Leukemia limfositik akut
 
IV.       PATOFISIOLOGI
  Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang sagat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produsi eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan periosteum yang daat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Disamping itu infilrasi keerbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe menyebabkn pembesaran dan gangguan pada organ terkait.
 
V.          TANDA DAN GEJALA
1.      Leukemia granulositik kronik (LGK)
LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang. Gejala LGK antara lain rasa lelah, penurunan BB, rasa penuh di perut dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan fisis hamper selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang ada purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
2.      Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Gejala penderita LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
3.      Leukemia limfositik kronik
Gejala LLK antara lain limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik, trombositopenia, hipogamaglobulinemia dan gamopati monoklonal sehingga penderita mudah terserang infeksi.
4.      Leukemia limfoblastik akut
Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut: rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada pemeriksaan fisis ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimoses dan perdarahan retina.
VI.       KOMPLIKASI
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a.    Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu berupa:
-       Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
-       Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
-       Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b.    Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
c.    Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
d.   Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e.    Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f.       Kematian
 
VII.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Leukemia granulositik kronik (LGK)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis lebih dari 50.000/mm3, pergeseran ke kiri pada hitung jenis, trombositemia, kromosom Philadelphia, kadar fosfatase alkali leukosit rendah atau sama sekali tidak ada, kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah. Pada pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariositdan aktivitas granulopoesis.
2.      Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Pemeriksaan penanda imunologik dengan memakai antibodi monoklonal menyokong penegakan diagnosa LMA.
3.      Leukemia limfositik kronik
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, pada sumsum tulang didapatkan infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
4.      Leukemia limfoblastik akut
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit netrofil seringkali rendah, demikian pula kadar Hb dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan.
 
VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS
Penatalaksanaan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta.
a.    Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 6,9% pada trombositopenia yang berat dan perdarahan massif dapat diberikan trombosit.
b.    Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi
-       Fase induksi : dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa di tegakan pada fase ini diberikan kortikosteroid (prednisone) vinaistim, dan L-asparagiginasi. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda berkurang dari 5%.
-       Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat : pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortisone melalui intra thecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi iridiasi cranial hanya dilakukan pada pasien leukemia yang mengalami gangguan Sistem Saraf Pusat.
-       Konsolidasi : pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh., secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Untuk memulai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang maka pengobatan dihentikan. Sementara atau dosis obat dikurangi.
c.    Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastik.
 
Penatalaksanaan Keperawatan
a.    Pendekatan psikososial harus diutamakan
b.    Ruangan aseptik dan bekerja secara aseptik
 
IX.       DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan hygiene antara lain:
1.      Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) b.d. nyeri, imobilisasi, kelemahan muskuloskeletal.
2.      Gangguan integritas kulit b.d. tekanan, imobilisasi, terekspos zat kimia yang mengiritasi.
3.      Gangguan membran mukosa oral b.d. hambatan melakukan perawatn mulut.
 
X.          RENCANA KEPERAWATAN
1.      Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) b.d. nyeri, imobilisasi, kelemahan muskuloskeletal.
NOC: Perawatan diri ADL, dengan kriteria hasil klien secara mandiri mampu:
  • Makan.
  • Berganti pakaian.
  • Toileting.
  • Mandi.
  • Merawat diri.
  • Menjaga kebersihan diri.
  • Menjaga kebersihan mulut.
NIC:
  • Monitor kemampuan klien dalam melakukan ADL secara mandiri.
  • Monitor kebutuhan klien akan alat bantu dalam melakukan ADL.
  • Sediakan peralatan-peralatan pribadi yang dibutuhkan klien (seperti deodoran, pasta gigi, dan sabun mandi).
  • Bantu klien dalam melakukan ADL sampai klien mampu melakukannya dengan mandiri.
  • Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuannya.
  • Dorong klien untuk mandiri, tetapi bantu klien bila klien tidak bisa melakukannya sendiri.
  • Ajari keluarga untuk mendorong kemandirian klien, dan hanya membantu jika klien tidak mampu melakukannya sendiri.
  • Lakukan perawatan diri secara rutin.
2.      Gangguan integritas kulit b.d. tekanan, imobilisasi, terekspos zat kimia yang mengiritasi.
NOC: Integritas kulit membran mukosa dan kulit, dengan kriteria hasil klien:
  • Memiliki temperatur kulit dalam batas normal
  • Sensasi kulit dalam batas normal
  • Elastisitas kulit dalam batas normal
  • Hidrasi kulit dalam batas normal
  • Pigmentasi kulit dalam batas normal
  • Perspirasi kulit dalam batas normal
  • Warna kulit dalam batas normal
  • Tekstur kulit dalam batas normal
  • Kulit terbebas dari lesi
  • Perfusi kulit yang adekuat
  • Memiliki kulit yang utuh
     NIC: 
  • Observasi keadaan ekstremitas terhadap warna, kehangatan, tekstur, nadi, edema, ulkus, bengkak.
  • Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya kemerahan, suhu yang tinggi, atau drainasi.
  • Monitor area kulit yang kemerahan dan rusak.
  • Monitor terjadinya infeksi terutama pada area edema.
  • Monitor kulit dan membran mukosa pada area yang mengalami kemerahan dan luka.
  • Monitor kulit terhadap adanya ruam dan abrasi.
  • Monitor kulit terhadap kondisi kering atau lembab yang berlebihan.
  • Monitor warna dan suhu kulit.
  • Catat perubahan terhadap kulit atau membran mukosa.
  • Minta keluarga untuk melaporkan bila ada kerusakan pada kulit.
 
3.      Gangguan membran mukosa oral b.d. hambatan melakukan perawatn mulut.
NOC: Kesehatan mulut, dengan kriteria hasil klien:
  • Memiliki mulut yang bersih
  • Memiliki gigi yang bersih
  • Memiliki gusi yang bersih
  • Memiliki lidah yang bersih
  • Memiliki bibir yang lembab
  • Memiliki mukosa oral dan lidah yang lembab
  • Mempertahankan integritas mukosa oral
  • Mempertahankan integritas lidah
  • Mempertahankan integritas gigi
  • Memiliki bau mulut yang normal
  • Bebas dari perdarahan.
NIC:
  • Dorong klien untuk melakukan perawatan mulut secara rutin
  • Monitor mukosa oral.
  • Dorong klien untuk mengunjungi dokter gigi secara rutin.
  • Berikan lubrikasi untuk melembabkan mukosa oral dan bibir.
  • Monitor gigi terhadap warna dan adanya debris.
  • Dorong dan bantu klien untuk membersihkan mulut.
  • Dorong dan bantu klien untuk membersihkan mulut sesudah makan dan sesering mungkin bila dibutuhkan.
  • Konsultasikan dengan dokter bila ada iritasi dan ketidaknyamanan pada mulut klien.
  • Fasilitasikan klien untuk menggosok giginya.
  • Bantu klien merawat gigi
Read More ->>

PERDARAHAN DAN PENANGANANNYA


A.      DEFINISI PERDARAHAN
Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
Sebagai seorang pelaku Pertolongan Pertama selain dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru, juga harus dapat mengenali dan mengatasi perdarahan.
Mengenali dan mengatasi perdarahan merupakan salah satu ketrampilan utama yang juga harus dikuasai oleh seorang pelaku Pertolongan Pertama. Bila perdarahan ini tidak diatasi dengan segera maka nyawa korban dapat terancam maut dengan tanda awal menjadi lemah, syok, dan akhirnya meninggal.
Untuk mengatasi perdarahan, kita harus tahu dahulu tentang sistem peredaran darah (sistem sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan (mengalirkan) darah ke seluruh tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama dalam sistem ini adalah jantung, pembuluh darah, dan darah, yang ketiganya harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan dalam tubuh.
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya istilah perfusi yaitu sirkulasi yang adekuat ke seluruh tubuh, memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan nutrisi, serta mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran tubuh.
Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh satu atau beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami keadaan berbahaya, yaitu akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan nutrisi sehingga zat sampah (karbon dioksida dan sisa pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan istilah Hipoperfusi atau Syok.

Perawatan perdarahan
1.    Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan:
a.       Pakai APD(alat perlindungan diri) agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban
b.      Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c.       Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d.      Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban
  1. Pada perdarahan besar:
a.       Jangan buang waktu mencari penutup muka
b.      Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.
c.       Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.
d.      Pertahankan dan tekan cukup kuat
e.       Pasang pembalut penekan.
  1. Pada perdarahan ringan atau terkendali:
a.       Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b.      Tekan sampai perdarahan terkendali
c.       Pertahankan penutup luka dan balut
d.      Sebaiknya jangan melepas penutup lukaatau balutan pertama
Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1.    Perdarahan luar (terbuka)
2.    Perdarahan dalam (tertutup)
B.       PERDARAHAN LUAR (TERBUKA)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).
Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan korban dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan pertolongan karena sebagai penolong harus menganggap darah ini dapat menulari. Pastikan untuk memakai alat perlindungan diri, segera membersihkan darah yang menempel baik pada pakaian, tubuh, maupun peralatan.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian:
1.         Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.
2.         Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
3.         Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.
Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain:
1.    Tekanan Langsung pada Cedera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
Cara yang terbaikpada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru.
2.    Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.
3.    Tekanan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
4.    Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
5.    Torniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).
Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat.
Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.
6.      Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat dengan cepat terhenti.

C.      PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
  1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
  2. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
  3. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
  1. Memar disertai nyeri tubuh
  2. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
  3. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang mengalami cedera
  4. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
  5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
  6. Muntah darah
  7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi
  8. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
  9. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
  10. Batuk darah
  11. Buang air kecil bercampur darah
  12. Gejala dan tanda syok.
Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan segera pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan perdarahan dalam.
Cara – cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
  1. Baringkan korban
  2. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
  3. Berikan oksigen bila ada
  4. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
  5. Rawat sebagai syok
  6. Jangan memberikan makan atau minum
  7. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
  8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
  1. Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin
  1. Ice
Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.
  1. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah
  1. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

Read More ->>

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Aiu Ciyu

Aiu Ciyu

About Me

Foto Saya
Ayu Ginarsih
ayu just simple girl, , banyak yang bilang ayu cerewet, tapi lucu, :p Tenang aja, cerewet-cerewet gini, ayu friendly loh ^^ Let's be friend deh, , ;)
Lihat profil lengkapku

Followers

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
ayu just simple girl, , banyak yang bilang ayu cerewet, tapi lucu, :p Tenang aja, cerewet-cerewet gini, ayu friendly loh ^^ Let's be friend deh, , ;)